Saturday, March 12, 2022

Ini Alasan Kominfo Siapkan Cadangan Satelit Satria-1

Negaratoto - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mempersiapkan cadangan satelit Satria-1. Apa alasannya?

Saat ini proses perakitannya satelit Satria-1 oleh Thales Alenia Space mencapai hampir 70%. Satelit tersebut dijadwalkan meluncur pertengahan 2023 dan dapat beroperasi pada November di tahun yang sama.

Satelit Satria-1 akan diandalkan pemerintah dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur digital Indonesia termasuk di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) dan Perbatasan.

"Saat ini percepatan infrastruktur digital menjadi fondasi utama untuk menghadirkan layanan digital dan mendukung transformasi digital sesuai program yang dicanangkan pemerintah pusat. Di tahun in, kita tentu berharap seluruh desa dan kelurahan di Indonesia sudah di-cover oleh BTS," ujar Direktur Utama Bakti Kominfo, Anang Latif, di Jakarta, Jumat (11/3/2022).

Satelit Satria-1 dirancang untuk memuat kapasitas 150 Gbps guna mendukung penyebaran akses layanan internet di 150 ribu titik lokasi layanan publik. Sementara itu, satelit Satria-1 yang dinilai baru, rumit dan kompleks ini memungkinkan terjadi risiko, baik anomali saat peluncuran atau ketika beroperasi. Untuk itu, sebagai bentuk mitigasi, Kominfo melakukan tender Hot Backup Satellite (HBS).


Kominfo telah mengumumkan pemenang tender proyek HBS ini, yaitu Kemitraan Nusantara Jaya yang terdiri dari PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.

Selain fungsi utamanya sebagai cadangan satelit Satria-1, Anang mengatakan, penyediaan HBS bertujuan untuk menambah kecepatan internet sekaligus meningkatkan user experience dari masing-masing pengguna layanan ini.

"Proyek Penyediaan HBS ini, nantinya akan memiliki kapasitas 80 Gbps yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan frekuensi Ka-Band," tandasnya.

Keberadaan HBS diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ekonomi digital Indonesia. Potensi penerima manfaat dari Proyek HBS ini antara lain Kementerian Pendidikan, untuk mendukung penyediaan layanan internet cepat di 93.400 titik sekolah SD, SMP, SMA, SMK, Madrasah, dan Pesantren.

"Bukan hanya untuk pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), namun juga untuk proses belajar mengajar sejak awal," kata Anang.

Menurut Anang, HBS juga dapat memberikan manfaat dalam melayani 3.700 titik Puskesmas, Rumah Sakit, dan layanan kesehatan lainnya. Sehingga, Kementerian Kesehatan dapat memiliki layanan internet cepat supaya database kesehatan masyarakat akan semakin lengkap, serta terintegrasi dengan pusat," jelasnya.

Layanan HBS juga dimanfaatkan TNI dan Polri untuk melayani 3.900 titik sehingga dengan layanan internet cepat, kebutuhan administrasi keamanan dapat diandalkan.

Kemudian, bagi Pemerintah Daerah, untuk mendukung 47.900 titik kantor desa dan kelurahan serta kecamatan di Indonesia yang akan terhubung secara online. Pelayanan pemerintah berbasis elektronik (e-government) bisa dilaksanakan dengan cepat dan efektif.

Bahkan, menurut Anang juga dapat membantu Kementerian Keuangan untuk mendukung percepatan digitalisasi penyaluran pembiayaan ultra mikro (UMi), guna mendorong percepatan realisasi keuangan inklusif di seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Boeing ditunjuk sebagai perusahaan manufaktur untuk proyek HBS. Sedangkan, roket peluncurnya menggunakan Falcon 9 milik SpaceX, perusahaan Elon Musk. Untuk slot orbit menggunakan administrator Indonesia pada slot 113 derajat Bujur Timur.

Anang mengungkapkan konstruksi proyek satelit cadangan satelit Satria-1 ini direncanakan mulai dilakukan pada kuartal pertama tahun 2022 dan akan diluncurkan kuartal pertama tahun 2023.

No comments:

Post a Comment