Tuesday, July 19, 2022

Masuknya Subvarian Omicron BA.2.75 Di Indonesia Dinilai Jadi Tanda Pandemi COVID-19 Masih Ada

 

Kasus COVID-19 Subvarian Baru Omicron BA.2.75 Telah Terdeteksi Di Indonesia. Pakar Menilai Hal Ini Menunjukkan Bahwa Pandemi COVID-19 Masih Ada Dan Belum Berakhir.

NEGARATOTO - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya telah mengumumkan bahwa subvarian baru Omicron yakni BA.2.75 telah terdeteksi di Indonesia. Subvarian baru Omicron ini diketahui pertama kali ditemukan di India dan kini disebut telah menyebar ke 15 negara lainnya.

Budi mengungkapkan ada tiga kasus subvarian Omicron BA.2.75 yang ditemukan di Indonesia yakni satu kasus ditemukan di Bali dan dua lainnya di Jakarta. Untuk kasus yang di Bali merupakan importer case atau karena kedatangan luar negeri, sementara yang di Jakarta kemungkinan besar adalah transmisi lokal yang tengah dicari sumbernya.

Kemunculan subvarian Omicron BA.2.75 di Indonesia itu sebelumnya memicu kekhawatiran dari para ahli. Terlebih Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melabeli subvarian tersebut sebagai variant of concern lineage under monitoring yang berarti masih terlalu dini apakah mutasi BA.2.75 akan seperti varian lainnya yang menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat atau tidak.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa sejauh ini belum ada kepastian tentang pola penularan dan berat ringannya dampak subvarian BA.2.75 ini yang oleh sebagian pihak disebut sebagai centaurus.

Menurut Tjandra, sejauh ini data sementara yang ada menunjukkan bahwa BA.2.75 setidaknya merupakan delapan mutasi tambahan daripada BA.5. Khususnya pada terminal N, yang mana bisa memiliki pengaruh untuk menghindar dari imunitas yang sekarang sudah ada.

Selain itu, kata Tjandra, data awal juga menunjukkan bahwa beberapa alternatif solusi dari BA.5 yakni del69/70 menjadi 147E, 152R, 157L, 210V, 257S, serta 452R menjadi 446S. Ia menambahkan sebelum adanya laporan kasus BA.2.75 terdeteksi di Indonesia, pada laporan di India juga ada yang menghubungkan subvarian tersebut dengan BA.2 mutasi di with S:K147E, W152R, F157L, I210V, G257S, D339H, G446S, N460K, dan R493Q.

Sedangkan pada penelitian Tiongkok, kata Tjandra, tidak menyebutkan adanya perubahan yang berarti tentang efikasi terhadap obat antibodi netralisasi antara BA.2.75 dengan BA.4/5, khususnya karena sebagian antibodi ternyata menetap meski ada reversi R493Q.

Dengan masuknya subvarian BA.2.75 di Indonesia, Tjandra mengatakan bahwa pandemi COVID-19 masih ada, dan belum berakhir, serta berbagai perkembangan juga bisa saja terjadi, termasuk munculnya varian atau subvarian baru. Meski begitu, masyarakat diminta untuk tak panik, tetapi tetap perlu waspada.

No comments:

Post a Comment