Negaratoto - Warga Shanghai mengeluh soal kebijakan lockdown di kota mereka yang tak kunjung usai. Warga sudah merasa sangat marah dan juga lapar gara-gara lockdown.
Pemerintah China memutuskan untuk me-lockdown kota Shanghai. Keputusan itu menyusul meningkatnya kasus positif COVID-19 di kota itu. Sekitar 24 ribu warga Shanghai diketahui terinfeksi COVID-19, membuat 25 jutaan warga lainnya terpaksa harus berdiam diri di rumah.
Warga Shanghai pun mengeluh karena kebijakan lockdown itu tak kunjung usai. Mereka mengeluh lapar karena persediaan makanan lama-lama habis, sementara pemerintah China tidak tahu kapan akan mengakhiri lockdown.
"Kami akan kehabisan bahan makanan dalam beberapa hari ke depan jika pemerintah tidak membagikan makanan segera. Kami masih punya sedikit nasi dan biskuit, serta kopi, banyak sekali kopi," keluh kakek berusia 73 tahun yang enggan menyebutkan namanya kepada CNN, Jumat (22/4/2022).
Golongan masyarakat yang paling rentan akibat kebijakan lockdown ini tentu saja yang perekonomiannya lemah dan lansia. Sementara anak mudanya merasa sangat frustasi dengan kebijakan ini.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga Shanghai mengandalkan pemesanan secara online yang kemudian diantarkan oleh petugas. Tapi karena selama lockdown mereka tidak mendapat pemasukan, lama-lama persediaan uang mereka akan habis juga.
Kehabisan stok bahan makanan, seperti telur dan sayur mayur, karena tingginya permintaan juga dialami oleh warga Shanghai. Seperti hukum ekonomi, permintaan yang tinggi ditambah dengan keterbatasan stok, membuat harga-harga melambung tinggi.
Uang 398 Yuan sekarang cuma dapat 5 kilogram sayur dan 60 butir telur. Padahal uang segitu dulu bisa dapat dua kali lipatnya sekarang. Semakin bertambah pula nestapa warga Shanghai.
"Ini adalah perampokan!" teriak salah satu orang di jalanan Shanghai.
No comments:
Post a Comment