Friday, March 11, 2022

Ketua RT Ungkap Sosok Dokter Sunardi yang Tewas Ditembak Densus 88

 

NEGARATOTODensus 88 Antiteror Polri menangkap seorang terduga teroris di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (9/3) malam. Petugas menangkap seorang warga berinisial SU di Dusun Cendono, Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

Belakangkan diketahui berinisial SU (54) merupakan seorang dokter. Dia berdomisili dan membuka praktik di RT 03 RW 07 Dukuh Bangunsari Kelurahan Gayam, Sukoharjo.

Jenazah Sunardi telah dimakamkan di pemakaman muslim di wilayah Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Kamis (10/3) malam.

Sosok Sunardi dikenal tertutup. Ketua RT 03 RW 07 Dukuh Bangunsari, Kelurahan Gayam, Bambang Pujiana menceritakan, baru mengetahui kejadian tersebut pada Kamis malam, setelah diberitahu anggota Babinkamtibmas desanya.

Dia juga tidak tahu menahu kejadian penangkapan warganya tersebut. Menurut dia, Sunardi adalah sosok yang tertutup dan jarang bersosialisasi.

"Pekerjaannya sampai saat ini yang saya tahu dia dokter. Aslinya bukan sini, kelihatannya pendatang," ujarnya.

Bambang menjelaskan, selama menjabat sebagai ketua RT sejak 2019 lalu, diketahui Sunardi hampir tidak pernah mengikuti kegiatan warga atau bersosialisasi. Menurutnya, Sunardi tinggal cukup lama di kampungnya.

"Acara RT setahu saya, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi dengan warga lain. Saya tidak tahu alasannya apa. Orangnya itu tertutup dan diam," terangnya.

Menurut Bambang, selama ini dia hanya bertemu saat jemaah salat di masjid, terutama saat Maghrib dan Isya. Saat datang ke masjid, Sunardi juga tidak pernah mengajak ngobrol atau saling sapa dan langsung pulang usai beribadah.

"Beliau memang rutin ke masjid. Tapi tidak pernah ngobrol, biasanya saya ketemunya itu pas salat Maghrib dan Isya," terang dia.

Demikian juga warga lain. Menurutnya, tidak pernah bersosialisasi dengan yang bersangkutan. Saat ada kegiatan kerja bakti pun sama sekali tidak pernah datang.

“Mengumpulkan KTP atau Kartu Keluarga (KK) ke RT juga tidak. Seharusnya itu setiap warga mengumpulkan data identitas diri. Iuran warga untuk kegiatan pun sama sekali tidak pernah membayar. Bisa ditanyakan ke bendahara RT. Ia juga tidak saya masukan ke grup WA warga," katanya lagi.

Menurut Bambang, Sunardi tinggal bersama istri dan keempat anaknya yang sudah besar. Tempat praktik di kediamannya pun tampak sepi. Tidak ramai pasien yang datang.

"Sepengetahuan saya sepi pasiennya. Istrinya juga sama-sama tidak mau berkomunikasi. Saya juga belum ketemu keluarganya soal kejadian ini," imbuh dia.

Juru bicara keluarga Sunardi, Endro Sudarsono menambahkan, ada pesan dari keluarga, mereka sedikit pun tidak menyakini kalau korban terlibat dalam kasus terorisme.

Pihak keluarga juga meminta maaf jika selama hidupnya korban memiliki kesalahan kepada siapapun. Demikian juga jika ada tanggungan bisa segera disampaikan.

"Keluarga tidak yakin kalau beliau terlibat kasus terorisme. Keluarga minta maaf jika selama hidupnya ada masalah," kata pria yang juga Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) ini.

Endro menyayangkan, sikap penegak hukum yang menggunakan kekerasan saat penangkapan. Apalagi ada tembakan hingga menyebabkan kematian.

“Mestinya ada upaya paksa atau upaya hukum yang sifatnya adalah melumpuhkan. Bukan malah mematikan. Sudah diakui kepolisian ada luka tembak dua kali di dua tempat. Kemudian mobil oleng, apakah kemudian olengnya itu dalam keadaan tidak sadar atau sebuah perlawanan kita tidak tahu," katanya.

Endro menyampaikan, saat ini sudah ada upaya hukum tapi belum disampaikan ke pihak keluarga. Endro menambahkan, jika yang bersangkutan merupakan seorang dokter yang sering kegiatan sosial, bakti sosial, pengobatan gratis atau tanggap bencana.

“Yang diketahui warga, yang bersangkutan merupakan sosok dokter yang sifatnya sosial,” pungkas Endro.



No comments:

Post a Comment