Breaking

Saturday, March 5, 2022

Catatan Dua Tahun Pandemi di Indonesia

 

NEGARATOTO Hari ini, 2 Maret 2022, tepat dua tahun Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Keberadaan Covid-19 di Indonesia diumumkan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

Walaupun saat ini telah terjadi penurunan penularan Covid-19, pemerintah tidak akan tergesa-gesa memutuskan status pandemi menjadi endemi. Per Selasa (1/3), total Bed Occupancy Rate BOR) Covid-19 secara nasional turun menjadi 34 persen dari hari sebelumnya, yakni 35 persen. Begitu pula dengan kasus konfirmasi harian yang kembali turun menjadi 24.728 kasus.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, memasuki dua tahun pandemi, wacana endemi Covid-19 mengemuka. Dia memberikan lima catatan penting mengenai fase endemi Covid-19 tersebut.

Pertama, status pandemi Covid-19 dinyatakan secara resmi oleh Dirjen WHO pada 11 Maret 2020. Perubahan status pandemi ke endemi juga harus diputuskan oleh WHO.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini mengambil contoh pandemi H1N1 pada 2009. Saat itu, status pandemi dinyatakan oleh Dirjen WHO pada 11 Juni 2009.

Pada 10 Agustus 2010, Dirjen WHO menyatakan dunia sudah memasuki masa pasca pandemi H1N1. Ini artinya, pandemi H1N1 resmi selesai.

Catatan kedua, setiap negara bisa menyatakan dapat mengendalikan Covid-19 atau sudah masuk dalam fase endemi. Namun, pernyataan tersebut sama sekali tidak berarti pandemi sudah selesai.

Ketiga, salah satu indikator situasi Covid-19 sudah terkendali ialah positivity rate di bawah 5 persen.

"Data yang ada (di Indonesia) angka kepositifan pada 25 Februari 2022 adalah 17,93 persen dan walaupun pada 26 Februari angkanya sudah menurun tapi masih cukup tinggi, yaitu 15,91 persen. Cukup jauh di atas batas 5 persen yang kita kehendaki bersama," jelasnya kepada merdeka.com, Rabu (2/3).

Keempat, indikator lain yang menunjukkan situasi Covid-19 sudah terkendali adalah angka reproduksi efektif atau Rt di bawah 1. Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ini menyebut, ada beberapa pihak menyebutkan angka Rt Covid-19 Indonesia masih di atas 1.

Terakhir, angka pasien positif dan kematian akibat Covid-19 harus ditekan rendah, serta pelayanan kesehatan selalu siaga menghadapi kemungkinan kenaikan kasus.

Menurut Prof Tjandra, pada 2021 positivity rate Indonesia sempat bertahan cukup lama di bawah 5 persen. Di saat bersamaan, angka Rt sudah berada di bawah 1. Namun, dengan masuknya varian Omicron, positivity rate dan Rt kembali menanjak.

Di tengah masih tingginya positivity rate dan Rt, dia mengingatkan semua pihak waspada terhadap kemungkinan adanya varian baru Covid-19 di dunia. Varian baru tidak terlalu mudah memprediksinya.

"Yang jelas, tentu kita semua berharap bahwa Covid-19 akan segera dapat diatasi di dunia dan juga negara kita, 'no one is save until everyone in save'," tutupnya.

Pemerintah Tak Ingin Tergesa-gesa

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo menegaskan, keputusan mengakhiri pandemi harus didasarkan pada data science dan kalkulasi yang matang.

"Mengenai perubahan status pandemi menjadi endemi, Bapak Presiden menekankan kita tidak perlu tergesa-gesa dan memperhatikan aspek kehati-hatian," kata Abraham, di gedung Bina Graha Jakarta, Rabu (2/3).

"Presiden tidak mau kita sampai kembali ke situasi pada awal pandemi," tambahnya.

Abraham mengatakan, pemerintah selalu memonitor dengan detail perkembangan Covid-19 di Indonesia maupun di negara lain. Selain itu, kata dia, pemerintah juga melibatkan para pakar dalam mengambil setiap kebijakan terutama dalam penentuan status pandemi.

"Jika memang data-data ilmiah dan analisa pakar menunjukan kondisi terus membaik, maka relaksasi juga akan semakin dibuka," tuturnya. Sebagai informasi, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, jumlah kasus Covid-19 hari hingga pasien rawat inap terus menurun dari hari ke hari.

No comments:

Post a Comment