Breaking

Tuesday, May 10, 2022

Curhat WNI Yang Ikut Rasakan Krisis Di Sri Lanka: Mata Uang Jatuh, Cari Sembako Susah

 

PM Sri Lanka Diminta Untuk Mundur Akibat Penanganan Krisis Yang Dinilai Tidak Baik, Bahkan Semakin Memburuk. WNI Yang Berada Di Sri Lanka Pun Turut Merasakan Dampak Krisis Ekonomi Itu.

NEGARATOTO - Perdana Menteri (PM) Sri Lanka diketahui telah mengundurkan diri di tengah gelombang demonstrasi massal yang memprotes cara pemerintah menangani krisis ekonomi. Sebelum akhirnya mengundurkan diri, Presiden Sri Lanka sekaligus adiknya, Gotabaya Rajapaksa setuju untuk mencopotnya dari posisi PM.

Sebagaimana diketahui, Sri Lanka telah mengalami krisis ekonomi terburuk sejak meraih kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948 silam. Pemerintah bahkan meminta warganya yang berada di luar negeri untuk mengirimkan uang ke mereka demi memenuhi kebutuhan bahan pangan dan bahan bakar setelah negara gagal membayar utang luar negeri senilai Rp732 triliun.

Sementara itu, berdasarkan keterangan dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Sri Lanka mengatakan bahwa krisis di negara tersebut sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu WNI itu diketahui identitasnya sebagai Ni Putu Eka Yuli Suswantari yang bekerja sebagai terapis spa di Ibu Kota Colombo, mengatakan yang sangat dirasakannya adalah tingginya biaya hidup dan sulitnya pengiriman uang ke Indonesia dengan nilai mata uang yang anjlok.

"Krisis yang terjadi sangat mempengaruhi semua, semua serba mahal, jadinya kita dapat gaji sekian, dan bekal hidup sekian, semua dihemat," ujar Yuli kepada BBC News Indonesia, dilihat pada Selasa (10/5).

Yuli mengatakan bahwa biasanya ia bisa mengirim uang sekitar Rp140 ribu Rupee dan bernilai sekitar Rp6 sampai Rp7 juta, sekarang hanya berkisar di bawah Rp5 juta. Sementara WNI lainnya yang juga tinggal di Sri Lanka, Dita Kleyn yang tinggal di Kandy, mengatakan bahwa sering mendengar kesulitan rekan-rekan lain yang bekerja di spa juga.

Dita sendiri merupakan WNI yang telah tinggal di Sri Lanka selama 12 tahun dan memiliki suami seorang warga lokal yang bekerja di luar negeri. Meski suaminya bekerja di luar negeri, ia juga ikut merasakan dampak dari krisis di Sri lanka.

"Kita susah sekali cari sembako, BBM, gas elpiji (untuk masak)," beber Dita. "Untuk BBM, kita tunggu berjam-jam, dan itupun dijatah, ada yang antre semalaman. Sembako ada yang harganya naik empat kali lipat, belum tarif dasar listrik akan mengalami kenaikan 100 persen, yang saya dengar."

No comments:

Post a Comment