Negaratoto - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan kembali komitmen negaranya untuk menolak keanggotaan Finlandia dan Swedia dalam pakta pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS), NATO. Hal ini bukan tanpa alasan.
Kedua negara itu, disebut Erdogan, mendukung kelompok militan Kurdi yang dianggap teroris oleh Ankara. Selain itu, Stockholm juga menjatuhkan sanksi kepada Turki sejak 2019, atas kegiatan militernya di Suriah.
"Kami tidak akan mengatakan 'ya' kepada (negara-negara) yang menerapkan sanksi kepada Turki untuk bergabung dengan organisasi keamanan NATO," tegasnya seperti dikutip CNBC International, Selasa (17/5/2022).
Kementerian Luar Negeri Swedia mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya berencana untuk mengirim pejabat senior dari Swedia dan Finlandia ke Ankara. Namun Erdogan mengatakan langkah ini sia-sia.
"Apakah mereka akan datang untuk membujuk kita? Permisi, tapi mereka tidak perlu repot," tambahnya.
Perlu diketahui, setiap keputusan tentang perluasan NATO membutuhkan persetujuan dari 30 sekutu dan parlemen mereka. Hal ini membuat sikap Turki menjadi sangat penting dalam pendaftaran keanggotaan itu.
Ahli strategi pasar negara berkembang di Bluebay Asset Management, Timothy Ash, mengatakan hal ini dapat memicu krisis baru dalam hubungan Turki dengan Barat. Akan ada beberapa anggota NATO yang pasti berusaha menekan figur Muslim terkuat dunia itu.
"Turki akan terlihat sebagai mitra yang tidak dapat diandalkan. Ini akan membuat kepercayaan antara kedua belah pihak hilang," ujarnya
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berharap Turki dapat "bekerja sama" dengan menyetujui Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
"Saya yakin bahwa kami akan dapat mengatasi kekhawatiran yang telah diungkapkan Turki dengan cara yang tidak menunda keanggotaan," tuturnya.
Finlandia dan Swedia sendiri mendaftarkan diri untuk menjadi anggota NATO karena merasa terancam oleh Rusia. Menurut kedua negara, ancaman ini semakin tinggi tatkala Moskow menyerang Ukraina.
No comments:
Post a Comment