Sejumlah Pekerja Di Jepang Rela Melewatkan Makan Siang Untuk Berhemat Dan Menabung. Mereka Tampaknya Telah Gagal Melihat Manfaat Makan Siang Di Tengah Anggaran Hidup Yang Terbatas.
NEGARATOTO - Seorang wanita berusia 30-an yang bekerja di berbagai toko di Yokohama tampak melihat sekilas bento di rak dan hampir mengambil ayam goreng dan nasi kotak makan siang seharga sekitar 700 yen ($5,58). Namun, dia menarik tangannya kembali.
"Saya harus memotong pengeluaran dan menghemat uang. Saya bisa mengatasi rasa lapar dan hanya makan siang sebentar," ujarnya kemudian memilih bola nasi termurah dengan acar prem umeboshi sebagai isinya seharga 100 yen.
Melansir Asahi Shimbun, wanita itu tidak sendirian. Survei mengungkap bahwa sekitar 30 persen pekerja di Jepang telah melewatkan makan siang mereka pada hari kerja untuk menghemat uang.
Survei itu dilakukan oleh Edenred Japan Co., yang menyediakan layanan bantuan makan sebagai bagian dari program kesejahteraan perusahaan. mereka melakukan survei pada bulan Desember terhadap 600 pekerja berusia 20-an hingga 50-an di seluruh negeri.
Mereka yang melewatkan makan siang pada hari kerja menyumbang 29,5 persen responden. Dari jumlah tersebut, 56,5 persen mengatakan, "Saya tidak makan siang seminggu sekali atau kurang," sementara 28,2 persen menjawab, "Dua sampai tiga kali seminggu." Sisanya 15,3 persen berkata, “Empat kali seminggu atau lebih".
Para pekerja menyebut menabung sebagai salah satu alasan utama melewatkan makan siang. Sekitar 60 persen responden juga mengatakan tidak memilih makan sesuatu yang diinginkan karena dianggap terlalu mahal.
"Meningkatnya biaya makanan membebani anggaran rumah tangga, dan akibatnya, lebih banyak orang mungkin mulai melewatkan makan siang untuk menghemat uang,” kata perwakilan dari Edenred Japan.
Wanita di Yokohama mengatakan dia biasanya membawa bento yang terbuat dari sisa makan malamnya ke tempat kerjanya untuk menghemat uang. Tapi dia terutama cenderung melewatkan makan siang sebelum hari gajian.
Dia tidak memiliki rencana untuk uang yang dia simpan, tetapi kecemasan tentang masa depan telah mendorongnya untuk menabung.
Pada tahun 2019, sebuah panel di bawah Badan Jasa Keuangan mengajukan laporan yang mengatakan, “Orang perlu menabung 20 juta yen untuk biaya hidup mereka setelah pensiun. Menimbulkan kontroversi besar di antara orang-orang, dan itu adalah salah satu alasan wanita itu mulai menabung.
Sementara itu, Masahiko Ariji, Profesor ekonomi pangan di Universitas Kindai mengatakan bahwa, karena harga pangan melonjak dan anggaran rumah tangga sedang diperketat, orang gagal melihat manfaat makan siang. Apalagi ketika mereka melihat anggaran mereka yang terbatas.
"Orang-orang memandang melewatkan makan siang atau sarapan sebagai pilihan yang layak selama kesehatan mereka tidak terpengaruh,” pungkas Masahiko.
No comments:
Post a Comment