Negaratoto - Konflik Rusia dan Ukraina telah memasuki minggu keempat. Dampaknya sudah terasa sampai ke Timur Tengah.
Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly mengungkapkan jika kondisi ini bisa lebih parah dibanding krisis akibat COVID-19.
Dikutip dari CNN, saat ini memang negara Timur Tengah sangat bergantung pada Rusia dan Ukraina sebagai negara produsen biji-bijian terbesar di dunia.
Mesir menjadi salah satu negara yang terdampak. Harga makanan tercatat naik 4,6% pada Februari, kemudian inflasi inti naik menjadi 7,2%.
Hal ini disebabkan oleh melonjaknya harga gandum dunia ke level tertinggi. Apalagi Ukraina saat ini juga mengeluarkan larangan ekspor sejumlah biji-bijian untuk menjaga pasokan dalam negeri.
Kondisi ini turut mempengaruhi harga roti di Mesir. Memang, Mesir adalah pembeli gandum terbesar di dunia dan sekitar 80% gandum berasal dari Rusia dan Ukraina.
Direktur Human Rights Watch Timur Tengah dan Afrika Utara Lama Fakih mengungkapkan tidak stabilnya pangan ini bisa memicu kerusuhan politik yang lebih besar dari negara-negara yang terdampak.
Analis dari Institut Tahrir Timothy Kaldas mengungkapkan jika akibat perang tersebut sebagian besar wilayah telah menderita kemiskinan dan ancaman kekurangan pangan.
Dia menyebut pada 2019 orang Mesir telah melakukan protes terkait kondisi perekonomian di negaranya.
Pada Senin lalu Pound Mesir merosot 14% terhadap dolar AS setelah adanya invasi Rusia ke Ukraina. Kondisi ini terjadi karena investor asing berbondong-bondong menarik modal miliaran dolar As dari pasar treasury mereka.
Bank sentral Mesir juga mengerek suku bunga overnight dan pemerintah telah mengumumkan paket bantuan ekonomi senilai 130 miliar pound Mesir atau sebesar US$ 7,05 miliar.
"Banyak negara sudah terancam kesulitan pangan termasuk Yaman, Lebanon dan Suriah," jelas Fakih.
No comments:
Post a Comment