Negaratoto - Tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur Sabtu lalu masih menyimpan banyak fakta yang belum terkuak. Peristiwa yang menewaskan ratusan jiwa tersebut bahkan menjadi perhatian dunia.
Beberapa media asing melakukan investigasi untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi pada malam nahas itu.
Satu dari sekian banyak media internasional yang masih intensif melakukan investigasi adalah media asal Amerika Serikat, The Washington Post. The Washington Post berpendapat jika tewasnya sekitar 131 orang tersebut akibat kekacauan fatal setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton pasca pertandingan Arema vs Persebaya berakhir.
Investigasi The Washington Post turut membuat publik di tanah air prihatin terutama karena ditemukannya beberapa titik gas air mata yang dilontarkan ke arah penonton. Simak ulasan selengkapnya.
Gas Air Mata Faktor Utama Tewaskan 130 Lebih Jiwa
The Washington Post menulis bahwa insiden fatal tersebut terjadi karena adanya penembakan 40 amunisi yang terdiri dari gas air mata, pistol suar, dan granat setrum ke arah supporter dalam rentang waktu 10 menit memicu para penonton berhamburan mencari pintu keluar.
Media kenamaan asal Amerika Serikat tersebut juga sepakat bahwa penggunaan amunisi berbahaya tersebut melanggar protokol nasional dan pedoman keamanan internasional untuk pertandingan bola.
Setelah terjadinya tembakan gas air mata, dalam investigasinya menemukan fakta bahwa banyak penonton yang terinjak-injak sampai tewas maupun tertimpa tembok dan gerbang besi karena beberapa pintu keluar ditutup.
Kesalahan protokol keamanan pertandingan tersebut ternyata yang juga dipertanyakan oleh Washington Post, termasuk meminta Mabes Polri memberikan keterangan dari pertanyaan yang berulang kali dilontarkan oleh Washington Post.
Ditemukan 40+ Titik Api di Stadion
Melansir dari akun Twitter Ruairí Alfredo Arrieta-Kenna, investigasi yang dilakukan oleh Rebecca Tan tim Visual Forensik Washington Post, ditemukan gambaran adanya 40 lebih titik api termasuk gas air mata, suar api, dan flare.
Diketahui, investigasi ini dilakukan berdasarkan hasil pengujian atau analisis dari 100 lebih video maupun foto, wawancara 11 saksi mata dan analisis oleh pakar pengendalian massa dan aktivis HAM.
Hasilnya mengungkapkan bagaimana polisi menggunakan gas air mata untuk merespons ratusan penonton yang memasuki lapangan menyebabkan gelombang besar massa di ujung selatan stadion Kanjuruhan, di mana para saksi mengatakan sebagian besar kematian terjadi di sana.
No comments:
Post a Comment