Negaratoto - Uni Soviet dahulu dipimpin sejumlah tokoh yang hingga kini masih disebut, mulai dari Lenin, Stalin, hingga Gorbachev. Salah satu pemimpin Uni Soviet juga pernah membantu pembangunan stadion megah yang kini jadi Gelora Bung Karno. Siapa dia?
Uni Soviet sendiri merupakan bekas gabungan Eropa Timur, Asia Utara, dan Asia Tengah. Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, Uni Soviet pecah 25 Desember 1991.
Saat masih ada, Uni Soviet sempat menjadi negara terbesar di dunia. Luasnya 22,4 juta kilometer persegi, membentang dari Laut Baltik dan Laut Hitam ke Samudra Pasifik.
Di negara yang amat luas itu, simak siapa saja deretan mantan pemimpin Uni Soviet.
Daftar Mantan Pemimpin Uni Soviet
Berdasarkan sumber Britannica dan WorldAtlas, berikut ini rangkuman tokoh-tokoh yang pernah menduduki kursi nomor satu Uni Soviet:
1. Vladimir Lenin (1917-1924)
Vladimir Lenin membentuk Partai Komunis pada 1912, tetapi dia memimpin menuju Revolusi Rusia saat menjadi eksil. Jerman membuatnya kembali ke Rusia untuk membantu mereka dalam Perang Dunia I.
Setelah itu, Lenin memimpin Revolusi OKtober untuk menggulingkan pemerintahan sementara yang sebelumnya meruntuhkan monarki melalui Revolusi Februari.
Lenin dan Komunis kemudian dengan cepat mengonsolidasikan kekuatan dan memenangkan Perang Sipil Rusia (1917-1922). Selanjutnya, Lenin menghabiskan akhir-akhir hidupnya membentuk Uni Soviet.
2. Josef Stalin (1924-1953)
Stalin turut berperan dalam awal pembentukan Uni Soviet berdasarkan hasil Perang Sipil Rusia, Perang Polandia-Soviet, dan invasi Georgia. Kendati begitu, dalam periode ini dia tidak satu suara dengan Lenin atau pemimpin Soviet lain terkait ideologi, strategi, dan tendensi kekerasan yang dimilikinya.
Setelah kematian Lenin, Stalin memperoleh kekuasaan dan menjadi pemimpin tanpa dipertanyakan sejak 1929. Jelang tahun-tahun sebelum Perang Dunia II, dia mendorong kebijakan ekonomi Kolektif dan industrialisasi di negaranya. Selain itu, Stalin juga melakukan pembersihan atas musuh-musuhnya, termasuk menerapkan deportasi lawannya ke Siberia.
3. Geory Malenkov (1953)
Kemajuan karier Malenkov dipengaruhi hubungan keluarganya dengan Lenin dan pengawasan Stalin. Setelah kematian Stalin, dia menjadi penerus tampuk kuasa Uni Soviet.
Meski begitu, Malenkov punya kebijakan reformis ketika dirinya menggagas pemotongan anggaran militer dan pengurangan represi politik. Sayangnya, hal ini menyebabkan dirinya runtuh karena beberapa minggu kemudian Nikita Khrushchev membangun koalisi untuk melemahkannya.
Tahun 1955, Malenkov tak lagi memimpin Uni Soviet. Dua tahun berikutnya, dia terlibat dalam kudeta gagal melawan Khrushchev dan dikeluarkan dari Partai Komunis.
4. Nikita Khrushchev (1953-1964)
Segera setelah mengambil kekuasaan Malenkov, Khrushchev berpidato bahwa dirinya mengecam ekses di bawah rezim Stalin. Menurut KBBI, ekses adalah peristiwa yang melampaui batas.
Pidatonya itu membuat protes di Polandia dan Hungaria bisa diredam. Dia merelaksasi kebebasan berekspresi, membebaskan tahanan politik, dan merancang tujuan berani di sektor tani, meski gagal.
Pertumbuhan ekonomi yang buruk, hubungan dengan China yang semakin kurang harmonis, dan masalah lain mengakibatkan dirinya digulingkan dengan status pensiun karena kesehatan.
Mantan Duta Besar LBBP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus M. Wahid Supriyadi dalam artikel Sukarno dan Jejak Islam di Dagestan mencatat, Nikita Khrushchev sebelum lengser pernah mengundang presiden pertama RI Sukarno untuk sebuah kunjungan.
Menurut Wahid, dalam kunjungan pada 1956 tersebut, Bung Karno meminta Nikita Khrushchev agar mengizinkan Masjid Biru St. Petersburg kembali dibuka sebagai tempat ibadah umat Islam. Sebelumnya, kegiatan agama termasuk Islam dilarang atau dilakukan diam-diam.
Khrushchev pun mengizinkannya 10 hari setelah kunjungan Sukarno. Imam Masjid Biru, Cafer Nasibullahoglu pun mengakui jasa Sukarno.
Bung Karno juga diyakini masyarakat Samarkand, Uzbekistan sebagai orang yang berjasa atas pembangunan makam Imam Bukhari dibangun oleh Uni Soviet. Kendati tidak ada sumber sejarah resmi, warga percaya Sukarno bersedia memenuhi undangan Nikita Khruschev dengan syarat ditemukannya makam Imam Bukhari.
Konon, syarat tersebut dipenuhi Kruschev. Sukarno sendiri dalam rangkaian kunjungannya pada 1956 mengunjungi makam tersebut dengan perjalanan kereta api yang ditempuh sekitar 3 hari.
Bung Karno pada 1960 balas mengundang Nikita untuk berkunjung ke Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Sukarno meminta Uni Soviet membantu pembangunan stadion megah di Jakarta yang kini dikenal dengan nama Gelora Bung Karno. Nikita menyanggupi dengan memberi kredit lunak dan mengirimkan insinyur.
5. Leonid Brezhnev (1964-1982)
Brezhnev menggantikan dan menghentikan reformasi budaya Khrushchev. Dia juga memgembalikan beberapa kekuatan intelijen Rusia, KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti), yang ada semasa rezim Stalin.
Ekonomi Uni Soviet tumbuh pada masa Krushchev hingga level bisa mengejar ketertinggalan dari Amerika Serikat. Namun, di pertengahan 1970-an, masuk era stragnasi ekonomi dan tidak pulih. Brezhnev juga membangun militer Uni Soviet, namun dengan mengorbankan perekonomian negara tersebut.
6. Yury Andropov (1982-1984)
Seiring kesehatan Brezhnev yang memburuk, Andropov menempatkan dirinya menjadi suksesor. Dia menyerukan kampanye antikorupsi dan mencopot banyak menteri serta sekretaris.
Andropov pun enggan melanjutkan perang Soviet di Afghanistan. Namun, pemerintahannya singkat karena kesehatannya memburuk pada Agustus 1983. Dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah sakit dan meninggal tahun 1984.
7. Konstantin Chernenko (1984-1985)
Chernenko mengalami lonjakan karier yang pesat berkat Brezhnev. Saat menggantikan Andropov, sebetulnya kesehatannya sendiri pun buruk.
Semasa memerintah, Chernenko mendukung peran lebih besar untuk serikat pekerja dan melakukan reformasi pendidikan serta propaganda.
Dia sempat melakukan perundingan pakta dagang dengan China, tetapi tidak cukup meredakan Perang Dingin. Chernenko memboikot Olimpiade Musim Panas 1984 dan tidak menghentikan perang di Afghanistan.
Pertengahan 1984, kesehatannya semakin menurun dan wafat bulan Maret 1985.
8. Mikhail Gorbachev (1985-1991)
Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet setelah kematian Chernenko. Kala menjabat, dia terlibat perlombaan mengumpulkan senjata nuklir di luar angkasa dengan Amerika Serikat. Hal ini merugikan perekonomian Uni Soviet.
Tahun 1987, dia mengakhiri perang Soviet di Afghanistan. Rezim Gorbachev juga menerapkan kebijakan glasnost dan perestroika, yaitu keterbukaan dan restrukturisasi.
Tahun 1989, Gorbachev mengadakan pemilihan umum yang meminta anggota Partai Komunis mencalonkan diri melawan selain anggota. Tujuannya guna menerapkan sistem pemilihan lebih demokratis.
Dia turut menghapus peran konstitusional Partai Komunis yang secara tidak sengaja juga mengarah ke bubarnya Uni Soviet. Fakta tersebut terlepas dari cita-cita Gorbachev mempertahankan negara tersebut.
Tahun 1990, dia berhadapan dengan berbagai kelompok yang menyulut perang dan meminta kemerdekaan. Seiring tersebut, perekonomian Uni Soviet tersengal-sengal.
Akhir Desember 1991, Uni Soviet pecah. Gorbachev juga turut mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada Boris Yeltsin.
No comments:
Post a Comment