Breaking

Wednesday, March 2, 2022

5 Konflik yang Harus Diwaspadai pada 2022 Selain Rusia-Ukraina

Negaratoto - Konflik Rusia-Ukraina masih menjadi sorotan dunia Internasional karena belum menemukan titik terang solusi untuk kedua negara. Bahkan banyak yang menyebut konflik Rusia-Ukraina ini sebagai awal perang dunia ketiga.

Padahal jika melihat beberapa konflik antarnegara, tidak hanya Rusia-Ukraina yang perlu disoroti. Ada beberapa konflik di dunia yang masih harus diwaspadai hingga tahun 2022 ini.

Merangkum laman International Crisis Group, berikut di antaranya konflik-konflik yang harus diwaspadai selain Rusia-Ukraina.

5 Konflik yang Harus Diwaspadai 2022
1. Afghanistan

Jika tahun 2021 mengakhiri satu babak dari tragedi Afghanistan yang telah berlangsung selama beberapa dekade, babak lain sedang dimulai.Sejak perebutan kekuasaan oleh Taliban pada bulan Agustus, bencana kemanusiaan telah membayangi. Data PBB menunjukkan jutaan anak Afghanistan terancam kelaparan.

Pada musim semi dan musim panas 2021, Taliban mulai merebut kota-kota besar dan kecil di Afghanistan. Pemerintah Afghanistan runtuh pada pertengahan Agustus saat Taliban memasuki Kabul yang hampir tanpa perlawanan.

Dunia menanggapi pengambilalihan Taliban dengan membekukan aset negara Afghanistan, menghentikan bantuan anggaran, dan hanya menawarkan bantuan sanksi terbatas untuk tujuan kemanusiaan. Taliban disetujui oleh PBB dan pemerintah Barat.

2. Amerika Serikat dan China
Tak lama setelah menarik diri dari Afghanistan, Amerika Serikat mengumumkan pakta baru dengan Australia dan Inggris untuk melawan China.Dikenal sebagai AUKUS, pakta pertahanan tersebut mendukung Canberra memperoleh kapal selam bertenaga nuklir untuk mengantisipasi kekuatan China di wilayah tersebut.

Lebih jauh, langkah ketiga negara tersebut mengantisipasi kekuatan China satu dekade terakhir di badan internasional dan kebijakannya.

3. Yaman
Perang Yaman berawal dari dua pihak yang masing-masing mengklaim sebagai pemerintah Yaman yang sah. Salah satunya yakni pemberontak Houthi yang kini mengepung dan maju ke Ma'rib, provinsi di Yaman yang kaya minyak dan gas.

Lama diremehkan sebagai kekuatan militer, pemberontak ini tampaknya menjalankan kampanye multifront yang gesit dan berkembang, memasangkan serangan dengan penjangkauan untuk melunakkan perlawanan para pemimpin suku setempat.

Hingga kini, pemberontak telah menguasai Al-Bayda, sebuah provinsi tetangga Ma'rib, dan akan menuju ke Shabwa, lebih jauh ke timur, sehingga memotong jalur pasokan ke Ma'rib.

Jika banyak wilayah runtuh maka Houthi akan mencetak kemenangan ekonomi dan juga militer. Dengan minyak dan gas Marib, Houthi akan dapat menurunkan harga bahan bakar dan listrik di daerah-daerah di bawah kendali mereka, sehingga memperkuat citra mereka sebagai otoritas pemerintahan yang layak mendapat legitimasi internasional.

4. Israel-Palestina
Perang Gaza-Israel yang masih berlangsung menggambarkan lagi bahwa proses perdamaian sangatlah sulit dan solusi dua negara tampaknya semakin kecil kemungkinannya dari waktu-waktu sebelumnya.

Pemicu perang belakangan salah satunya yakni pendudukan Yerusalem Timur. Di samping itu, ada ancaman pengusiran warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah bertepatan pada April 2021.

Bentrokan terjadi selama Ramadan antara pemuda pelempar batu dan polisi Israel menggunakan kekuatan mematikan di kompleks yang terdiri dari Haram al-Sharif, tempat suci bagi umat Islam, dan Temple Mount, tempat suci bagi orang Yahudi.

Hal itu kemudian memicu reaksi berantai. Hamas, yang menguasai Gaza, menembakkan roket jarak jauh tanpa pandang bulu ke Israel. Israel menanggapi dengan serangan udara yang keras, memicu konflik 11 hari yang menewaskan lebih dari 250 orang, hampir semua warga Palestina, dan meninggalkan reruntuhan infrastruktur sipil Gaza.

Pertarungan ini sebenarnya membawa pandangan baru di mana Palestina, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, melampaui fragmentasi mereka dengan menggabungkan suara di Tepi Barat, Yerusalem Timur, Gaza, dan Israel sendiri.

5. Haiti
Penduduk Haiti telah lama tersiksa oleh krisis politik, perang geng, dan bencana alam. Gempa Hati pada Agustus 2021 menghancurkan sebagian besar Haiti selatan. Namun, penculikan oleh geng yang merajalela di sebagian besar ibu kota Port-au-Prince telah menghambat upaya bantuan internasional.

Sebelumnya pada Juli 2021, pembunuh bayaran menewaskan Presiden Jovenel Moïse di rumahnya. Dengan banyaknya tragedi di Haiti, semakin banyak penduduk meninggalkan rumah dan berkemah di sepanjang perbatasan selatan AS hingga ke negara lain.

Konflik ini pun bisa akan terus terjadi jika proses transisi kepemimpinan mencapai kesepakatan yang gagal.

No comments:

Post a Comment