Breaking

Tuesday, February 15, 2022

8 Tanda Kamu Tumbuh dalam Keluarga “Toxic”

Mengamuk, gelisah, menyembunyikan emosi sebenarnya, dan merasa rendah diri—sayangnya, beberapa orang tua menurunkan semua kualitas negatif ini kepada anak-anak mereka. Egoisme dan sikap acuh tak acuh mereka terhadap perasaan anak berdampak besar kepada anak pada masa kecil mereka. Akibatnya, anak mulai mengkritik diri sendiri, merasa tak berdaya, dan punya masalah dalam kehidupan sosial mereka.

1. Takut dimanipulasi.


Sering kali keluarga toxic menggunakan manipulasi untuk mengatur anggota keluarga lain. Jika terjadi setiap hari, perilaku ini tidak normal dan menjadi kekerasan psikis. Ini bisa membuatmu merasa semakin tidak memercayai orang di dekatmu dan menghalangimu untuk menjalin hubungan. Merasa termanipulasi oleh keluarga juga bisa menyebabkan perilaku menghindar.

2. Kesulitan berinteraksi dan memercayai orang lain.


Saat seseorang dibesarkan dalam suasana tegang, di mana sering terjadi manipulasi dan kekerasan psikis lainnya, hal itu meninggalkan bekas pada orang ini. Beberapa orang tua mungkin tidak bisa memberi anak mereka dukungan yang dibutuhkan. Dalam kasus lain, mungkin ada seseorang yang tinggal dalam keluarga di mana dia selalu harus waspada. Nantinya, orang itu akan kesulitan melupakan perasaan bahwa dia harus selalu bersikap seperti itu. Pada akhirnya, dia bisa menjadi kesulitan memercayai dan membuka diri pada orang lain.

Masalah kasih sayang memang berat. Dengan sering melihat serta mengalami kekerasan fisik dan psikis, penganiayaan, dan ditelantarkan, mereka membentuk gagasan sendiri mengenai hubungan. Orang-orang ini mungkin tidak memahami seperti apa hubungan yang penuh kasih dan sehat. Secara tak sadar, mereka selalu menunggu seseorang di dekatnya bersikap berlebihan, menuntut, menyalahkan mereka, atau mengecewakan mereka.

3. Sulit menerima kegagalan.

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang toxic mungkin terus merasa tidak cukup baik atau bahkan tidak berharga. Orang tua mereka mungkin selalu memberi tuntutan berlebihan kepada mereka dan menyalahkan jika tidak memenuhi harapan. Pada dasarnya, mereka menjadi kurang percaya diri dan tidak memperhatikan diri sendiri. Itu sebabnya kesalahan atau kegagalan kecil bisa membuat mereka panik dan menyebabkan mereka mengamuk.

4. Merasa kurang percaya diri.

“Penghargaan” positif dari keluarga adalah unsur penting bagi kita saat membahas kesehatan kejiwaan. Itu sama pentingnya dengan merasa dicintai dan memiliki. Jika hubungan antara anak dan orang tua penuh kekerasan, anak bisa mulai memiliki masalah dalam hal kejiwaan, identitas, dan rasa percaya diri. Ini membawa dampak negatif seperti kecemasan dan bahkan depresi.

5. Banyak mengkritik diri sendiri.


Perasaan rendah diri yang disebabkan orang tua toxic membuat anak merasa bodoh, tidak berharga, dan tidak pantas mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Dalam setiap tindakan mereka, anak-anak ini mengkritik diri sendiri, ragu, dan sering berubah pikiran. Mereka menerima bahwa mereka lebih buruk daripada orang lain. Hal itu membuat mereka menderita secara psikis, tapi mereka tak bisa mengubah situasinya karena tidak mendapatkan dukungan mental yang dibutuhkan.

6. Mengesampingkan emosi.

Orang tua yang melakukan kekerasan verbal dan fisik mengabaikan emosi anak mereka. Selain itu, jika anak-anak coba mengungkapkan emosi mereka, itu bisa membuat mereka semakin diperlakukan buruk oleh keluarganya. Hasilnya, anak-anak terbiasa menyembunyikan perasaan terluka, kebencian, dan kemarahan. Nantinya, mereka bisa memprioritaskan emosi orang lain daripada emosi mereka sendiri.

Menekan emosi juga mengganggu proses identifikasi diri seseorang. Mereka merasa kesulitan memahami jati diri, perasaan, dan keinginan dalam hidup mereka, sehingga gagal mengembangkan diri karena secara psikis, mereka selalu tertahan oleh ketakpastian dan kurangnya kedekatan dengan orang lain.

7. Selalu merasa seperti anak tak berdaya.

Orang tua toxic terkadang menolak mengakui anak mereka sudah dewasa. Berapa pun usia anak mereka, orang tua akan selalu memperlakukannya seperti bayi yang tidak berdaya. Orang tua ingin mengatur dan mendikte. Jika mendapat perlawanan, mereka akan bersikap seolah tersinggung untuk membuat anak mereka merasa bersalah.

Jika anak tidak diizinkan membuat keputusan sendiri, privasi mereka dilanggar, dan tidak bisa merasa mandiri, itu bisa membahayakan kesehatan jiwa mereka. Mereka bisa merasakan kecemasan, takut memulai hal baru, dan tidak bisa berbaur dalam masyarakat.

8. Sering merasa cemas.

Anak dari keluarga toxic sering didiagnosis dengan gangguan kecemasan. Ini terjadi karena ketakstabilan kondisi keluarga, kekerasan psikis dan fisik, serta kurangnya rasa aman. Anak dengan gangguan kecemasan sulit berkonsentrasi serta bisa merasa mudah marah, gelisah, khawatir, dan tegang.



No comments:

Post a Comment